
BANTEN – Ahmad Alimin merupakan pengelola Pondok Pesantren (Ponpes) Fajrul Karim. Hanya bermodal nekat dan keberanian, pembangunan dimulai pendirian Ponpes sejak tahun 2007. Dimulai dengan membangun saung sebagai tempat belajar santri.
Santri di awal Ponpes ini berasal dari kalangan menengah ke bawah. Kebanyakan merupakan anak yang putus sekolah.
“Pembangunan pondok ini sebagai jawaban atas kebutuhan masyarakat untuk sekolah yang berkualitas dan biaya terjangkau dengan menggunakan 2 kurikulum,” jelasnya.
Dia menambahkan, Ponpes ini menggunakan 2 kurikulum kedinasan dan pondok pesantren. Tepatnya di Juli 2009, Ponpes Fajrul Karim mulai menyelenggarakan pendidikan tingkat tsanawiyah atau setara SLTP. “Untuk SLTP memiliki murid pertama dengan jumlah 18 siswa,” bebernya.
Di tahun 2014, pihaknya mulai menyelenggarakan pendidikan tingkat aliyah atau setara SLTA.
Saat ini, Ponpes telah memiliki 248 santri dari 11 provinsi di Indonesia.
Untuk mengembangkan pendidikan berbasis pondok pesantren, ekspansi akan dilakukan dengan mendirikan Pondok Pesantren Fajrul Karim 3 khusus santri penghafal Al-Qur’an dan tidak sekolah kedinasan.
Selain itu, akan ada pembangunan Pondok Pesantren Fajrul Karim 4 khusus pendidikan tingkat sekolah dasar dengan penekanan hafalan Al-Qur’an dan mendirikan perguruan tinggi serta akademi khusus Al-Qur’an.
Alimin merupakan member komunitas Tangan Di Atas (TDA) sejak tahun 2015. Di sana, dia memperoleh banyak manfaat, diantaranya peningkatan skill, ilmu, dan attitude bisnis.
Tak hanya itu, dengan bergabung TDA, dia memiliki jaringan yang luas. “Dengan bergabung TDA saya memiliki banyak jaringan, ada 100 TDA daerah di Indonesia. Kemana saja ada TDA,” ujarnya.