Pondok Pesantren Fajrul Karim (FK) sejak 2016 hingga kini telah meluluskan 130 santri penghafal Qur’an 30 juz. Bukti kerja keras dan kesungguhan yang berbuah manis.

Ada pesantren yang unggul dalam bidang akademik, lulusannya banyak diterima di perguruan tinggi negeri (PTN) atau kuliah di luar negeri, tapi lemah dalam prestasi tahfidz. Hanya segelintir atau bisa dihitung dengan jari santri penghafal Qur’an 30 juz.

Sebaliknya, ada juga pesantren yang hebat prestasi tahfidznya, sayangnya lemah dalam penguasaan akademik. Santrinya semangat menghafal Al-Qur’an tapi tertinggal dalam mata pelajaran umum.

Tapi tidak demikian dengan FK. Lembaga pendidikan terbaik yang terletak di kawasan wisata Anyer-Carita Kabupaten Serang ini memiliki keunggulan dalam bidang tahfidz dan juga akademik. Meski belum lama berdiri FK yang dipimpin oleh dua bersaudara K.H. Mulhat Ali Nuh, Lc, MA dan Dr. Sahroji Ali Nuh, Lc, MA ini, sukses mengantarkan anak didiknya melanjutkan jenjang kuliah tersebar di berbagai PTN seluruh Indonesia, bahkan hingga Timur Tengah dan Turki.

Hal ini diketahui dalam acara Haflah dan Wisuda Tahfidz yang ke 7 dilaksanakan di lapangan Ponpes FK pada Sabtu 18 Juni 2023 atau bertepatan dengan 29 Zulqo’dah 1444 H. Acara yang meriah dan mengharukan itu selain dihadiri seluruh civitas akademika FK dan Walisantri, juga para tokoh masyarakat setempat. Berturut-menyampaikan sambutannya yaitu Ketua Dewan Pengawas FK K.H. Mas’a Thoyyib, Lc, Kepala Desa Kadomas, dan perwakilan walisantri Zaenuddin. Juga turut serta memberikan taujih, nasehat, wejangan yakni Anggota DPR RI Dr. K.H. Jazuli Juwaini, Lc, Ma, Perwakilan Negara Yaman Syaikh Dr. Mustofa, dan Pimpinan FK K.H Mulhat Ali Nuh, Lc, MA.

Dalam kesempatan itu Dr. Jazuli Juwaini, Lc, MA mendorong, menyemangati, dan mendoakan semoga para lulusan FK kelak menjadi pemimpin nasional, menjadi menteri, gubernur, DPR RI dan DPRD, serta Walikota/Bupati di Indonesia. Anggota parlemen yang selama ini gigih memperjuangkan RUU perlindungan ulama ini juga berkontribusi nyata bagi masyarakat konstituennya, yakni dengan memberikan sumbangan bantuan berupa pendanaan untuk penyelesaian pembangunan masjid Tholib FK yang sudah terbengkalai selama dua tahun belakangan.

Apa yang dicapai FK tentunya menjadi kebanggaan bagi masyarakat Banten, khususnya warga kecamatan Cinangka. “Saya bangga dan sungguh terharu dengan pencapaian Fajrul Karim, meski terletak di kampung tapi berhasil meluluskan santri-santri berkualitas. Mewakili warga Cinangka saya mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada pimpinan Fajrul Karim dan seluruh jajaran Dewan Guru”, tukas kepala Desa Kadomas dalam sambutannya.

Tak kuat menahan haru, pimpinan FK saat menyampaikan nasehatnya buat para santri dan juga pesan bagi walisantri, terbatas-bata berlinang air mata. “Saya pesankan kepada bapak ibu walisantri mohon dengan sangat membantu dan mendampingi putra-putrinya menjaga hafalan mereka”, ujarnya. Ia bertanya, “apakah bapak ibu siap setelah ini memonitor setoran hafalan 30 juz santrinya sebanyak 29 kali?”. “Siaaap….insya Allah”, jawab para orangtua.

Salah seorang walisantri Iko Musmulyadi ikut bersuka cita dalam acara tersebut. Betapa tidak, anaknya yang keempat Sofia Mutakamilah santri kelas 10 ambil bagian sebagai satu diantara 38 santri yang diwisuda tahfidz 30 juz. Tak hanya itu, anaknya yang ketiga Sabila Muyasaroh pada saat yang sama diwisuda lulus jenjang SMA dan tuntas hafalan Qur’an 30 juz. Bahkan ia menjadi santri terbaik, karena satu-satunya yang meraih predikat kelulusan Mumtaz (sempurna). Diketahui saat pembacaan surat keputusan pimpinan pondok oleh Dr. K.H. Sahroji Ali Nuh.

Penilaian kategori Mumtaz berdasarkan tahfidz terbaik, nilai akademik terbaik, dan adab akhlak terbaik. Kedua santri adik kakak itu ikut mengharumkan Kota Cilegon atas torehan prestasi yang dicapainya.

“Sekedar tahaduts binni’mah, alhamdulillah anak kami sudah 3 orang yang menyelesaikan hafalan Quran 30 juz, dua diantaranya produk FK,” pungkas Iko dengan mata berbinar-binar menyampaikan puji syukurnya kehadirat Ilahi Rabbi.

Ayah 7 anak yang pernah menjadi walisantri di 8 pondok pesantren ini mengakui Ponpes FK adalah yang terbaik dibandingkan yang pernah dirasakan di ponpes lain, karena berhasil menyeimbangkan capaian ilmu agama dan ilmu-ilmu umum. “Programnya sudah teruji, model pembelajaran mapel umum dan tahfidz dengan model karantina dirasakan cukup efektif,” katanya.

Lelaki (49 tahun) yang juga aktif sebagai sociopreneur dan pegiat koperasi syariah ini berharap nantinya ada diantara lulusan FK yang meneruskan pendidikan fokus pada bidang ekonomi Islam atau ekonomi syariah.

“Secara khusus saya sangat berharap ada diantara mereka yang berminat sungguh-sungguh mendalami dan terjun di dunia koperasi syariah,” ujar Iko.

“Karena tak banyak orang yang mau menghidupkan koperasi syariah, saya menyebutnya sebagai ruang sepi pegiat koperasi. Padahal ini bagian dari jihad ekonomi syariah,” tambahnya lagi.